Tulisan disadur dari :
/search?q=normal-0-false-false-false-in-x-none-x
MASTERING YOUR STAGE
(TEKNIK MENGUASAI PANGGUNG)
Teknik Menguasai Panggung
Bagi setiap orang sesederhana apapun kiprahnya dalam kehidupan sehari-hari mempunyai panggungnya masing-masing. Dalam arti luas panggung bisa diibaratkan suatu situasi atau kondisi yang ada di sekililing kita yang memperlihatkan efek pada diri kita di mana sedikit banyak kita juga ikut menghipnotis dan mewarnai situasi dan kondisi tersebut.
Meningkatkan Karisma Pribadi
Untuk menguasai panggung, karisma pribadi mutlak harus dimiliki seorang pembicara. Dengan karisma yang tinggi, pembicara bisa memperlihatkan efek luar biasa pada seluruh panggung sehingga hadirin bisa menyerap setiap informasi dan memperlihatkan respon positif sesuai sasaran yang ingin dicapai.
Seseorang bisa mempunyai karisma yang tinggi apabila sanggup memenuhi salah satu atau beberapa persyaratan sebagai berikut:
a. Kecerdasan
Tingkat kecerdasan seseorang bisa dinilai dari cara orang tersebut bicara dan memberikan pendapat. Karena itu, biasakan selalu mengungkapkan gagasan dan ide-ide cerdas sehinggan hadirin dengan sendirinya akan memperlihatkan apresiasi yang tinggi pada kita. Banyak membaca yakni salah satu kunci untuk meningkatkan kcerdasan kita.
b. Kedewasaan Sosial
Untuk meningkatkan karisma yang tinngi, cobalah bergaul dengan lingkungan bisnis atau lingkungan sosial yang terhormat. Terbiasa mengikuti seminar, konferensi atau pertemuan yang dihadiri kalangan tingkat tinggi dengan begitu akan bisa membantu meningkatkan kedewasaan sosial. Dengan mengikuti aktivitas-aktivitas sosial yang baik, maka perilaku, cara bicara dan gaya keseharian kita, termasuk cara berpakian akan mengikuti tingkatan sosial dari acara tersebut.
c. Kedewasaan Emosional
Kedewasaan emosional yakni kemampuan seseorang mengendalikan perasaannya. Kemampuan emosional dicirikan dengan kemampuan kita mendapatkan kririk serta stabilitas perasaan kita dikala menghadapi situasi-situasi yang tidak menyenagkan. Kedewsaan emosional perlu dilatih. Sehingga dikala kita menghadapi situasi panggung yang tidak menyanangkan, kita akan bisa mengontrol diri kita dan mencari solusi terbaik untuk mengatasi situasi tersebut.
d. Kepercayaan Diri
Seorang pembicara harus bisa menjadi dirinya sendiri dan merasa nyaman atas dirinya. Kenyamanan diri ini bisa diartikan juga sebagai kepercayaan diri yang tinggi. Kita bisa mempunyai karisma bila kita yakin dan percaya dengan kemampuan diri sendiri.
e. Kemampuan Membangun Relationship
Seorang pembicara sangat menghargai kebutuhannya untuk bekerja dengan orang lain dan sangat respek terhadap orang lain secra individual. Mereka cenderung memakai kemampuan komunikasinya untuk berbagi perasaan untuk kerjasama saling menguntungkan dan proteksi terhadap orang lain. Keahlian membangun kekerabatan dengan semua golongan dan tingkatan akan meningkatkan karisma seorang pembicara.
f. Keahlian Komunikasi
Dengan mempelajari semua keahlian komunikasi dan melatihnya secara konsisiten akan membantu meningkatkan karisma pribadi dikala berhadapan dengan hadirin.
g. Motivasi dan Semangat
Pembicara yakni pemimpin panggung. Oleh kesudahannya beliau harus mempunyai motivasi dan semangat yang tinggi dan menyalurkannya pada hadirin. Bila kita bersemangat, kata-kata kita menjadi lantang dan body language kita panuh energi. Dengan sendirinya karisma dalam diri kita akan muncul.
h. Integriras dan Kejujuran
Seorang pembicara harus bisa membangun korelasi saling percaya antar dirinyan dan hadirin melalui tindakan yang benar. Dia juga harus memperlihatkan konsistensinya yang tinggi dan kejujuran yakni kombinasi efektif dalm membangun karisma pribadi.
i. Empati dan Respek
Jadikan tenggang rasa atau respek pada orang lain sebagai kekuatan kita dalm pergaulan dan komunikasi sehari-hari. Dengan begitu karisma pribadi sanggup terbentuk seiring dengan tingginya evaluasi dan penghargaan orang lain terhadap kepribadian kita.
Membangun Kreadibilitas Seorang Pembicara
Kreadibilitas bisa diibaratkan suatu prestasi. Prestasi yang dibangun di mana setiap aspek dalam diri kita merupakan pola bagi orang lain.
Kreadibilitas tidak bisa muncul dalam waktu yang singkat. Kreadibilitas dibangun dalam jangka waktu yang panjang. Hal tersebut lantaran kreadibilitas berkaitan dengan kepercayaan orang terhadap kita. Kreadibilitas harus tetap dijaga dan terus ditingkatkan sehingga kepercayaan orang pada kita semakin tinggi.
Syarat utama membangun kreadibilitas di mata lawan bicara yakni sebagai berikut:
a. Tunjukkan bahwa kita orang yang konsisten. Konsistensi yakni hal yang paling utama dal memperlihatkan kreadibilitas. Orang tidak akan pernah memprcayai orang lain yang tidak mempunyai prinsip, sikap atau abjad yang berubah-ubah.
b. Bersikaplah jujur di setiap situasi. Peganglah kata-kata mirip mempertahankan nyawa. Sekali berkata, itulah yang harus dilakukan. Sebab kebohongan yakni angin paling berbahaya yang bisa menghancurkan bangunan kepercayaan orang.
c. Bangunlah kreadibiitas dengan menjaga citra, sikap, perilaku, dan gaya berpakaian. Tunjukkaan bahwa kita pembicara yang kompoten dan bisa dipercaya. Cara berdiri, berjabat tangan, berbusana, bahkan cara kita tersenyum akan memperlihatkan seberap tinggi kreadibilitas kita.
d. Jadilah pembicara yang mempunyai dan mempertahankan prinsip. Memegang prinsip yakni kunci untuk menghindarkan kita dari kesalahan yang fatal. Mungkin orang menganggap kita keras kepala dan kuno lantaran terlalu memegang prinsip. Tetapi prinsip itulah yang sebetulnya menciptakan orang percaya pada kita.
e. Berbicaralah apa adanya. Jangan ragu-ragu mengakui kekurangan diri dan meminta maaf. Orang yang mau mengakui kekurangan diri, berbicara apa adanya, dan tidak segan-segan meminta maaf apabila terjadi keslahan yang disebabkannya, akan menjadi orang yang istimewa di hadapan siapa saja. Itu aka menjadi suatu bekal paling utama dalam membangun sebuah kepercayaan.
Meningkatkan Kemampuan Persuasif
Kemampuan persuasif (power of persuasion) yakni kemampuan seseorang untuk menghipnotis atau membujuk orang lain biar mengikuti ide, gagasan, dan pendapat yang ingin disampaikannya. Kekuatan persuasif merupakan syarat mutlak bagi seorang pembicara untuk bisa menguasai panggung hadirin.
Prinsip-prinsip dasar yang perlu dipahami dan dikuasai biar bisa membujuk atau menghipnotis hadirin adalah:
a. Hadirin atau lawan bicara bisa dibujuk dan dipengaruhi apabila mereka berpikir kita memilliki kedudukan, status atau pendidikan yang lebih tinggi dibanding mereka.
b. Hadirin atau lawan bicara bisa dibujuk dan dipengaruhi apabila mereka melihat ada imbalan atau laba yang mereka dapatkan dari apa yang kita bicarakan.
c. Hadirin atau lawan bicara bisa dibujuk dan dipengaruhi kalau mereka menganggap kita memahami dan mau mengerti anutan dan kondisi mereka.
MENGUASAI PANGGUNG DALAM BERAGAM SITUASI
Seorang pembicara harus bisa menuntaskan diri dalam bermacam-macam situasi. Tidak hanya dalam lembaga formal tetapi juga dalm lingkungan informal. Lingkungan tersebut termasuk di lingkungan, lingkungan bisnis seperti meeting atau konferensi, lingkungan sosial informal maupun lingkungan umum.
1. Menguasai Panggung di Lingkungan Pekerjaan
Di lingkungan mirip ini, seorang pembicara harus bisa membedakan bagaimana cara berkomunikasi dengan atasan, teman sejawat, dan dengan bawahan.
Beberapa tips penguasaan panggung yang bisa kita terapkan dalam lingkungan kerja adalah:
a. Lakukan komunikasi secara singkat dan terang to the point pada apa yang ingin disampaikan. Komunikasi yang kurang terang dan bertela-tela akan mengakibatkan inti permasalahan yang ingin kita sampaikan menjadi kabur.
b. Hargailah lawan bicara kita. Perlakukan atasan, rekan maupun bawahan dengan hormat dan sopan sehingga komunikasi kita bisa berjalan lancar.
c. Tempatkan diri pada posisi lawan bicara. Upayakan biar kita berkomunikasi sejalan dengan cara berpikir mereka.
d. Batasi komunikasi biar tidak terlalu formal. Jangan membahas hal-hal sensitif yang mungkin akan menyinggung rekan kerja.
e. Cara tahu apa yang disukai dan tidak disukai oleh atasan, rekan, maupun bawahan. Bicarakan topik-topik yang mereka sukai. Kalau teman kita suka sepak bola, tidak ada salahnya membahas sepak bola terlebin dahulu sebelum nerkomunikasi, dsb.
2. Menguasai Panggung di Lingkungan Bisnis Formal
Di lingkunaga bisnis, kemampuan public speaking telah menjadi persyaratan mutlak. Pertemuan-pertemuan mirip meeting, seminar, workshop, konferensi dan sebagainya telah menjadi hal yang bersifat umum diadakan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dikala berada di lingkungan bisnis formal adalah:
a. Perhatikan penampilan. Hal ini akan membantu meningkatkan gambaran diri di mata rekan bisnis.
b. Bersosialisasi sebelum program formal dimulai. Ini akan membantu mencairkan suasana apalagi kalau kita menjadi salah satu pembicara dalam program tersebut.
c. Persiapkan segala sesuatunya dengan detail. Selalu siap dengan jawaban, apapun pertanyaannya. Karena itu kuasailah bahan persentasi biar benar-benar muncul sebagai sosok yang lebih profesional.
d. Jangan pernah tergantung pada teknologi. Persiapkan segala sesuatunya dan bersiaplah untuk hal terburuk. Gangguan peralatan jangan hingga menciptakan presentaasi menajadi terganggu.
3. Menguasai Panggung di Lingkungan Bisnis Semi-Formal
Beberapa perusahaan sudah banyak yang menggunakan coctail party sebagai bentuk semi informal. Makara sebagai pembicara, kita pun harus mempersiapkan diri untuk suasana-suasana mirip ini.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dikala mengikuti pertemuan semi informal adalah:
a. Hindari pakaian terlalu formal alasannya nanti akan terlihat kaku.
b. Berbicara dengan cara yang lebih rileks.
c. Bila perlu, ikutilah bincang-bincang dalam elompok kecil yang sanggup membantu untuk networking.
d. Perhatiakan sikap, bicaralah dengan bunyi yang pantas dan tempo yang tepat.
e. Belajarlah menjadi pendengar yang baik. Jangan menyela pembicaraan orang lain. Simak dan bersabarlah di dikala orang lain berbicara. Dengan begitu orang akan merasa dihargai dan memperlihatkan “nilai” yang baik pada kita.
f. Bila sedang minum, upayakan selalu memegang gelas minuman di tangan kiri sehingga ajudan bisa bebas bersalaman dengan siapapun.
g. Jangan bicara sambil makan. Kunyah dulu kuliner hingga habis gres bicara. Kalau memang merasa lapar, cari daerah yang kosong di mana kita tidak terganggu dikala menghabiskan makanan.
h. Biasakan bersalaman dengan genggaman erat untuk kondisi yang akrab.
4. Menguasai Panggung di Lingkungan Sosial
Sebagai mahluk sosial, seringkali kita diharuskan mengikuti acara-acara yang bersifat informal dari mulai permintaan makan malam, reuni, ulang tahun, hingga pertemuan keluarga. Semua itu membutuhkan penguasaan panggung yang tepat. Apalagi bila ternyata dalam pertemuan tersebut banyak orang yang belum kita kenal.
Hal-hal yang harus diperhatikan dikala mengikuti pertemuan sosial adalah:
a. Pilih pakaian yang semi-formal dan sesuaikan dengan lembaga yang akan kita hadiri.
b. Dengan sikap yang baik lakukan percakapan ringan.
c. Jangan ragu untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu.
d. Banyak tersenyum pada orang-orang di sekeliling kita. Ingat senyum adalh pembuka yang efektif dalam sebuah percakapan.
e. Buat percakapan yang seimbang antara menceritakan perihal diri sendiri dengan mendengarkan atau memperlihatkan reaksi kepada lawan bicara.
f. Fokus pada lawan bicara. Jangan sambil melihat-lihat jam atau memainkan telepon seluler apalagi melihat orang-orang lain yang ada di ruangan tersebut. ini akan menciptakan lawan bicara kehilangan minat terhadap pembicara.
5. Menguasai Panggung di Lingkungan Umum
Di lingkungan umum mirip stasiun kereta, halte bis, supermarket, dan sebagainya, diharapkan cara penguasaan panggung tersendiri. Beberapa tips untuk berada di lingkungan umum adalah:
a. Hindari untuk menyentuh orang yang tidak di kenal.
b. Jangan menanyakan atau membicarakan hal-hal yang bersifat terlalu pribadi sebelum mengenal betul siapa yang kita ajak bicara.
c. Dengan orang yang asing. Tidak perlu memperkenalkan diri sama sekali kecuali bila diajak bicara.
d. Perhatikan lawan bicara, penampilan maupun gaya bicaranya. Pikirkanlah apakah akan bermanfaat melaksanakan pembicaraan dengannya. Bila tidak, tidak perlu menanggapi terlalu jauh.
e. Jangan pernah mempercayai apapun ayng dikatakan orang asing. Lakukan pengecekan dengan saksama terhadap perkataannya. Apabila terbukti benar, kita bisa berkomunkasi lebih lanjut.
TEKNIK MENGUASAI PANGGUNG DI LINGKUNGAN PRESENTASI
Saat presentasi, seorang pembicara dituntut untuk bisa menguasai panggung. Dalam presentasi formal, panggung bisa diartikan ruangan atau daerah kita presentasi yang mencakup hadirin, tata letak ruangan termasuk pendukung.
1. Penguasaan Suara
Salah satu inti presentasi yakni suara. Suara kiat harus bisa “menaklukkan” seluruh hadirin yang hadir.
Suara pembicara yang keras dan lantang akan sangat menghipnotis keberhailan dalam menguasai panggung.
Makara untuk menguasai panggung melalui suara, hal yang harus diperhatikan adalah:
· Periksa apakah bunyi kita etrdengar cukup terang hingga ke ujung ruangan. Kalau tidak, cek kembali pengeras bunyi dan pastikan bunyi yang kita keluarkan terdengar jelas.
· Bila sura tidak bisa mencakup seluruh ruangan atau etrdengar kurang jelas, maka dikala presentasi kita bisa berdiri di tengah-tengah ruangan atau berjalan ke depan dan ke belakang sehingga bunyi bisa di dengar oleh seluruh hadirin.
· Berikan satu dua pertanyaan pada hadirirn yang ada di belakang untuk memastikan seluruh hadirin tetap memperhatikan presentasi. Kalau perlu libatkan seluruh hadirin ke dalam acara bersama seperti games atau simulasi.
· Gunakan musik sebagai alat untuk menguasai panggung. Memperdengarkan lagu yang energik di sela-sela presentasi akan meredam bunyi obrolan atau gangguan dari luar sehingga hadirin akan tetap fokus pada kita.
2. Penguasaan Ruang
Seluruh ruangan yakni panggung kita. Jangan pernah menganggap bahwa panggung daerah kita berdiri hanyalah di penggalan depan ruangan saja. Ini akan membatasi gerak langkah kita dikala presentasi. Pastikan seluruh ruangan berada dalam jangkauan kaki kita.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalm penguasaan ruang:
a. Camkan bahwa ruang presentasi yakni mili kita di mana kita bebas untuk bergerak ke manapun untuk menimbulkan presentasi kita lebih dinamis.
b. Kuasailah ruang. Jangan hanyaa berdiri di satu sisi atau di satu sudut ruangan saja. Pindahlah ke sisi yang lain. Jadikan seluruh ruangan sebagai daerah kita bereksplorasi.
c. Ingatlah bahwa hadirin mempunyai keterbatasan pandangan untuk melihat pembicara (apalagi jikalau hadirinnya cukup banyak). Makara pastikan dikala presentasi kita tampil di semua sudut yang memungkinkan seluruh hadirin melihat kita.
d. Tempatkan peralatan, misalnya screen/layar presentasi kita, pada sudut pandang yang paling leluasa untuk dilihat hadirin.
e. Hampirilah hadirin yang ada di sudut. Ajak bersalaman dan berdialog dengan memperlihatkan satu dua pertanyaan ringan mengenai materi.
f. Walaupun bisa bergerak bebas, kita tetap harus mengontrol perpindahan diri. Jangan terlalu sering berpindah-pindah lantaran bisa mengakibatkan hadirin pusing dan tidak fokus pada materi.
g. Hindari terlalu usang menjelaskan bahan di belakang ruangan atau di balik punggung hadirin alasannya hadirin tidak fokus lantaran tidak bisa melihat kita.
h. Bila memungkinkan aturlah daerah duduk hadirin sedemikian rupa sehingga pergerakan bisa lebih bebas.
3. Eye Contact
Seperti kita ketahui, kontak mata sangat penting biar seluruh hadirin bisa fokus pada pembicara.
Kontak mata penting untuk menjaga biar hadirin merasa diperhatikan oleh si pembicara. Kontak mat juga akan menciptakan hadirin merasa dilibatkan dalam presentasi kita.
Selain untuk menguasai ruang, kontak mata juga bisa membantu kita mengidentifikasi hadirin kita.
Berikut ini tips yang bisa kita lakukan untuk menjaga kontak mata:
a. Saat bicara anggap sajasedang menatap ruangan sesuai putaran jarum jam.
b. Saat sedang menatap salah satu sudut, jangan menatap seluruh hadirin di sudut tersebut secara keseluruhan. Tatap saja penerima yang dianggap mewakili sudut tersebut.
c. Jangan menatap putaran terlalu cepat. Berikan jeda untuk setiap kontak mata.
d. Bila sungkan menatap pribadi ke mata hadirin, tetap saja apa yang ada di belakang hadirin. Untuk jarak yang cukup jauh (lebih dari menatap beliau atau menatap apa yang ada di belakangnya. Makara walaupun kita menatap ke belakang hadirin, hadirin tetap akan menganggap kita sedang menatapnya.
e. Tetaplah penerima satu-persatu seperti kita sedang menjelaskan bahan kita hanya pada beliau di mana hanya ada kita dan beliau di ruangan tersebut ini akan memperlihatkan sentuhan personal yang kuat.
okey , sekian dulu yah, Salam hangat.
Daftar Pustaka
Sriewijono, Alexander, dkk. 2009. TALK-inc. Points (Kekuatan Mental, Keterampilan Kata, dan Totalitas Bahasa Tubuh untuk Menjadi Pembicara Profesional). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
/search?q=normal-0-false-false-false-in-x-none-x
MASTERING YOUR STAGE
(TEKNIK MENGUASAI PANGGUNG)
Teknik Menguasai Panggung
Bagi setiap orang sesederhana apapun kiprahnya dalam kehidupan sehari-hari mempunyai panggungnya masing-masing. Dalam arti luas panggung bisa diibaratkan suatu situasi atau kondisi yang ada di sekililing kita yang memperlihatkan efek pada diri kita di mana sedikit banyak kita juga ikut menghipnotis dan mewarnai situasi dan kondisi tersebut.
Meningkatkan Karisma Pribadi
Untuk menguasai panggung, karisma pribadi mutlak harus dimiliki seorang pembicara. Dengan karisma yang tinggi, pembicara bisa memperlihatkan efek luar biasa pada seluruh panggung sehingga hadirin bisa menyerap setiap informasi dan memperlihatkan respon positif sesuai sasaran yang ingin dicapai.
Seseorang bisa mempunyai karisma yang tinggi apabila sanggup memenuhi salah satu atau beberapa persyaratan sebagai berikut:
a. Kecerdasan
Tingkat kecerdasan seseorang bisa dinilai dari cara orang tersebut bicara dan memberikan pendapat. Karena itu, biasakan selalu mengungkapkan gagasan dan ide-ide cerdas sehinggan hadirin dengan sendirinya akan memperlihatkan apresiasi yang tinggi pada kita. Banyak membaca yakni salah satu kunci untuk meningkatkan kcerdasan kita.
b. Kedewasaan Sosial
Untuk meningkatkan karisma yang tinngi, cobalah bergaul dengan lingkungan bisnis atau lingkungan sosial yang terhormat. Terbiasa mengikuti seminar, konferensi atau pertemuan yang dihadiri kalangan tingkat tinggi dengan begitu akan bisa membantu meningkatkan kedewasaan sosial. Dengan mengikuti aktivitas-aktivitas sosial yang baik, maka perilaku, cara bicara dan gaya keseharian kita, termasuk cara berpakian akan mengikuti tingkatan sosial dari acara tersebut.
c. Kedewasaan Emosional
Kedewasaan emosional yakni kemampuan seseorang mengendalikan perasaannya. Kemampuan emosional dicirikan dengan kemampuan kita mendapatkan kririk serta stabilitas perasaan kita dikala menghadapi situasi-situasi yang tidak menyenagkan. Kedewsaan emosional perlu dilatih. Sehingga dikala kita menghadapi situasi panggung yang tidak menyanangkan, kita akan bisa mengontrol diri kita dan mencari solusi terbaik untuk mengatasi situasi tersebut.
d. Kepercayaan Diri
Seorang pembicara harus bisa menjadi dirinya sendiri dan merasa nyaman atas dirinya. Kenyamanan diri ini bisa diartikan juga sebagai kepercayaan diri yang tinggi. Kita bisa mempunyai karisma bila kita yakin dan percaya dengan kemampuan diri sendiri.
e. Kemampuan Membangun Relationship
Seorang pembicara sangat menghargai kebutuhannya untuk bekerja dengan orang lain dan sangat respek terhadap orang lain secra individual. Mereka cenderung memakai kemampuan komunikasinya untuk berbagi perasaan untuk kerjasama saling menguntungkan dan proteksi terhadap orang lain. Keahlian membangun kekerabatan dengan semua golongan dan tingkatan akan meningkatkan karisma seorang pembicara.
f. Keahlian Komunikasi
Dengan mempelajari semua keahlian komunikasi dan melatihnya secara konsisiten akan membantu meningkatkan karisma pribadi dikala berhadapan dengan hadirin.
g. Motivasi dan Semangat
Pembicara yakni pemimpin panggung. Oleh kesudahannya beliau harus mempunyai motivasi dan semangat yang tinggi dan menyalurkannya pada hadirin. Bila kita bersemangat, kata-kata kita menjadi lantang dan body language kita panuh energi. Dengan sendirinya karisma dalam diri kita akan muncul.
h. Integriras dan Kejujuran
Seorang pembicara harus bisa membangun korelasi saling percaya antar dirinyan dan hadirin melalui tindakan yang benar. Dia juga harus memperlihatkan konsistensinya yang tinggi dan kejujuran yakni kombinasi efektif dalm membangun karisma pribadi.
i. Empati dan Respek
Jadikan tenggang rasa atau respek pada orang lain sebagai kekuatan kita dalm pergaulan dan komunikasi sehari-hari. Dengan begitu karisma pribadi sanggup terbentuk seiring dengan tingginya evaluasi dan penghargaan orang lain terhadap kepribadian kita.
Membangun Kreadibilitas Seorang Pembicara
Kreadibilitas bisa diibaratkan suatu prestasi. Prestasi yang dibangun di mana setiap aspek dalam diri kita merupakan pola bagi orang lain.
Kreadibilitas tidak bisa muncul dalam waktu yang singkat. Kreadibilitas dibangun dalam jangka waktu yang panjang. Hal tersebut lantaran kreadibilitas berkaitan dengan kepercayaan orang terhadap kita. Kreadibilitas harus tetap dijaga dan terus ditingkatkan sehingga kepercayaan orang pada kita semakin tinggi.
Syarat utama membangun kreadibilitas di mata lawan bicara yakni sebagai berikut:
a. Tunjukkan bahwa kita orang yang konsisten. Konsistensi yakni hal yang paling utama dal memperlihatkan kreadibilitas. Orang tidak akan pernah memprcayai orang lain yang tidak mempunyai prinsip, sikap atau abjad yang berubah-ubah.
b. Bersikaplah jujur di setiap situasi. Peganglah kata-kata mirip mempertahankan nyawa. Sekali berkata, itulah yang harus dilakukan. Sebab kebohongan yakni angin paling berbahaya yang bisa menghancurkan bangunan kepercayaan orang.
c. Bangunlah kreadibiitas dengan menjaga citra, sikap, perilaku, dan gaya berpakaian. Tunjukkaan bahwa kita pembicara yang kompoten dan bisa dipercaya. Cara berdiri, berjabat tangan, berbusana, bahkan cara kita tersenyum akan memperlihatkan seberap tinggi kreadibilitas kita.
d. Jadilah pembicara yang mempunyai dan mempertahankan prinsip. Memegang prinsip yakni kunci untuk menghindarkan kita dari kesalahan yang fatal. Mungkin orang menganggap kita keras kepala dan kuno lantaran terlalu memegang prinsip. Tetapi prinsip itulah yang sebetulnya menciptakan orang percaya pada kita.
e. Berbicaralah apa adanya. Jangan ragu-ragu mengakui kekurangan diri dan meminta maaf. Orang yang mau mengakui kekurangan diri, berbicara apa adanya, dan tidak segan-segan meminta maaf apabila terjadi keslahan yang disebabkannya, akan menjadi orang yang istimewa di hadapan siapa saja. Itu aka menjadi suatu bekal paling utama dalam membangun sebuah kepercayaan.
Meningkatkan Kemampuan Persuasif
Kemampuan persuasif (power of persuasion) yakni kemampuan seseorang untuk menghipnotis atau membujuk orang lain biar mengikuti ide, gagasan, dan pendapat yang ingin disampaikannya. Kekuatan persuasif merupakan syarat mutlak bagi seorang pembicara untuk bisa menguasai panggung hadirin.
Prinsip-prinsip dasar yang perlu dipahami dan dikuasai biar bisa membujuk atau menghipnotis hadirin adalah:
a. Hadirin atau lawan bicara bisa dibujuk dan dipengaruhi apabila mereka berpikir kita memilliki kedudukan, status atau pendidikan yang lebih tinggi dibanding mereka.
b. Hadirin atau lawan bicara bisa dibujuk dan dipengaruhi apabila mereka melihat ada imbalan atau laba yang mereka dapatkan dari apa yang kita bicarakan.
c. Hadirin atau lawan bicara bisa dibujuk dan dipengaruhi kalau mereka menganggap kita memahami dan mau mengerti anutan dan kondisi mereka.
MENGUASAI PANGGUNG DALAM BERAGAM SITUASI
Seorang pembicara harus bisa menuntaskan diri dalam bermacam-macam situasi. Tidak hanya dalam lembaga formal tetapi juga dalm lingkungan informal. Lingkungan tersebut termasuk di lingkungan, lingkungan bisnis seperti meeting atau konferensi, lingkungan sosial informal maupun lingkungan umum.
1. Menguasai Panggung di Lingkungan Pekerjaan
Di lingkungan mirip ini, seorang pembicara harus bisa membedakan bagaimana cara berkomunikasi dengan atasan, teman sejawat, dan dengan bawahan.
Beberapa tips penguasaan panggung yang bisa kita terapkan dalam lingkungan kerja adalah:
a. Lakukan komunikasi secara singkat dan terang to the point pada apa yang ingin disampaikan. Komunikasi yang kurang terang dan bertela-tela akan mengakibatkan inti permasalahan yang ingin kita sampaikan menjadi kabur.
b. Hargailah lawan bicara kita. Perlakukan atasan, rekan maupun bawahan dengan hormat dan sopan sehingga komunikasi kita bisa berjalan lancar.
c. Tempatkan diri pada posisi lawan bicara. Upayakan biar kita berkomunikasi sejalan dengan cara berpikir mereka.
d. Batasi komunikasi biar tidak terlalu formal. Jangan membahas hal-hal sensitif yang mungkin akan menyinggung rekan kerja.
e. Cara tahu apa yang disukai dan tidak disukai oleh atasan, rekan, maupun bawahan. Bicarakan topik-topik yang mereka sukai. Kalau teman kita suka sepak bola, tidak ada salahnya membahas sepak bola terlebin dahulu sebelum nerkomunikasi, dsb.
2. Menguasai Panggung di Lingkungan Bisnis Formal
Di lingkunaga bisnis, kemampuan public speaking telah menjadi persyaratan mutlak. Pertemuan-pertemuan mirip meeting, seminar, workshop, konferensi dan sebagainya telah menjadi hal yang bersifat umum diadakan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dikala berada di lingkungan bisnis formal adalah:
a. Perhatikan penampilan. Hal ini akan membantu meningkatkan gambaran diri di mata rekan bisnis.
b. Bersosialisasi sebelum program formal dimulai. Ini akan membantu mencairkan suasana apalagi kalau kita menjadi salah satu pembicara dalam program tersebut.
c. Persiapkan segala sesuatunya dengan detail. Selalu siap dengan jawaban, apapun pertanyaannya. Karena itu kuasailah bahan persentasi biar benar-benar muncul sebagai sosok yang lebih profesional.
d. Jangan pernah tergantung pada teknologi. Persiapkan segala sesuatunya dan bersiaplah untuk hal terburuk. Gangguan peralatan jangan hingga menciptakan presentaasi menajadi terganggu.
3. Menguasai Panggung di Lingkungan Bisnis Semi-Formal
Beberapa perusahaan sudah banyak yang menggunakan coctail party sebagai bentuk semi informal. Makara sebagai pembicara, kita pun harus mempersiapkan diri untuk suasana-suasana mirip ini.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dikala mengikuti pertemuan semi informal adalah:
a. Hindari pakaian terlalu formal alasannya nanti akan terlihat kaku.
b. Berbicara dengan cara yang lebih rileks.
c. Bila perlu, ikutilah bincang-bincang dalam elompok kecil yang sanggup membantu untuk networking.
d. Perhatiakan sikap, bicaralah dengan bunyi yang pantas dan tempo yang tepat.
e. Belajarlah menjadi pendengar yang baik. Jangan menyela pembicaraan orang lain. Simak dan bersabarlah di dikala orang lain berbicara. Dengan begitu orang akan merasa dihargai dan memperlihatkan “nilai” yang baik pada kita.
f. Bila sedang minum, upayakan selalu memegang gelas minuman di tangan kiri sehingga ajudan bisa bebas bersalaman dengan siapapun.
g. Jangan bicara sambil makan. Kunyah dulu kuliner hingga habis gres bicara. Kalau memang merasa lapar, cari daerah yang kosong di mana kita tidak terganggu dikala menghabiskan makanan.
h. Biasakan bersalaman dengan genggaman erat untuk kondisi yang akrab.
4. Menguasai Panggung di Lingkungan Sosial
Sebagai mahluk sosial, seringkali kita diharuskan mengikuti acara-acara yang bersifat informal dari mulai permintaan makan malam, reuni, ulang tahun, hingga pertemuan keluarga. Semua itu membutuhkan penguasaan panggung yang tepat. Apalagi bila ternyata dalam pertemuan tersebut banyak orang yang belum kita kenal.
Hal-hal yang harus diperhatikan dikala mengikuti pertemuan sosial adalah:
a. Pilih pakaian yang semi-formal dan sesuaikan dengan lembaga yang akan kita hadiri.
b. Dengan sikap yang baik lakukan percakapan ringan.
c. Jangan ragu untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu.
d. Banyak tersenyum pada orang-orang di sekeliling kita. Ingat senyum adalh pembuka yang efektif dalam sebuah percakapan.
e. Buat percakapan yang seimbang antara menceritakan perihal diri sendiri dengan mendengarkan atau memperlihatkan reaksi kepada lawan bicara.
f. Fokus pada lawan bicara. Jangan sambil melihat-lihat jam atau memainkan telepon seluler apalagi melihat orang-orang lain yang ada di ruangan tersebut. ini akan menciptakan lawan bicara kehilangan minat terhadap pembicara.
5. Menguasai Panggung di Lingkungan Umum
Di lingkungan umum mirip stasiun kereta, halte bis, supermarket, dan sebagainya, diharapkan cara penguasaan panggung tersendiri. Beberapa tips untuk berada di lingkungan umum adalah:
a. Hindari untuk menyentuh orang yang tidak di kenal.
b. Jangan menanyakan atau membicarakan hal-hal yang bersifat terlalu pribadi sebelum mengenal betul siapa yang kita ajak bicara.
c. Dengan orang yang asing. Tidak perlu memperkenalkan diri sama sekali kecuali bila diajak bicara.
d. Perhatikan lawan bicara, penampilan maupun gaya bicaranya. Pikirkanlah apakah akan bermanfaat melaksanakan pembicaraan dengannya. Bila tidak, tidak perlu menanggapi terlalu jauh.
e. Jangan pernah mempercayai apapun ayng dikatakan orang asing. Lakukan pengecekan dengan saksama terhadap perkataannya. Apabila terbukti benar, kita bisa berkomunkasi lebih lanjut.
TEKNIK MENGUASAI PANGGUNG DI LINGKUNGAN PRESENTASI
Saat presentasi, seorang pembicara dituntut untuk bisa menguasai panggung. Dalam presentasi formal, panggung bisa diartikan ruangan atau daerah kita presentasi yang mencakup hadirin, tata letak ruangan termasuk pendukung.
1. Penguasaan Suara
Salah satu inti presentasi yakni suara. Suara kiat harus bisa “menaklukkan” seluruh hadirin yang hadir.
Suara pembicara yang keras dan lantang akan sangat menghipnotis keberhailan dalam menguasai panggung.
Makara untuk menguasai panggung melalui suara, hal yang harus diperhatikan adalah:
· Periksa apakah bunyi kita etrdengar cukup terang hingga ke ujung ruangan. Kalau tidak, cek kembali pengeras bunyi dan pastikan bunyi yang kita keluarkan terdengar jelas.
· Bila sura tidak bisa mencakup seluruh ruangan atau etrdengar kurang jelas, maka dikala presentasi kita bisa berdiri di tengah-tengah ruangan atau berjalan ke depan dan ke belakang sehingga bunyi bisa di dengar oleh seluruh hadirin.
· Berikan satu dua pertanyaan pada hadirirn yang ada di belakang untuk memastikan seluruh hadirin tetap memperhatikan presentasi. Kalau perlu libatkan seluruh hadirin ke dalam acara bersama seperti games atau simulasi.
· Gunakan musik sebagai alat untuk menguasai panggung. Memperdengarkan lagu yang energik di sela-sela presentasi akan meredam bunyi obrolan atau gangguan dari luar sehingga hadirin akan tetap fokus pada kita.
2. Penguasaan Ruang
Seluruh ruangan yakni panggung kita. Jangan pernah menganggap bahwa panggung daerah kita berdiri hanyalah di penggalan depan ruangan saja. Ini akan membatasi gerak langkah kita dikala presentasi. Pastikan seluruh ruangan berada dalam jangkauan kaki kita.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalm penguasaan ruang:
a. Camkan bahwa ruang presentasi yakni mili kita di mana kita bebas untuk bergerak ke manapun untuk menimbulkan presentasi kita lebih dinamis.
b. Kuasailah ruang. Jangan hanyaa berdiri di satu sisi atau di satu sudut ruangan saja. Pindahlah ke sisi yang lain. Jadikan seluruh ruangan sebagai daerah kita bereksplorasi.
c. Ingatlah bahwa hadirin mempunyai keterbatasan pandangan untuk melihat pembicara (apalagi jikalau hadirinnya cukup banyak). Makara pastikan dikala presentasi kita tampil di semua sudut yang memungkinkan seluruh hadirin melihat kita.
d. Tempatkan peralatan, misalnya screen/layar presentasi kita, pada sudut pandang yang paling leluasa untuk dilihat hadirin.
e. Hampirilah hadirin yang ada di sudut. Ajak bersalaman dan berdialog dengan memperlihatkan satu dua pertanyaan ringan mengenai materi.
f. Walaupun bisa bergerak bebas, kita tetap harus mengontrol perpindahan diri. Jangan terlalu sering berpindah-pindah lantaran bisa mengakibatkan hadirin pusing dan tidak fokus pada materi.
g. Hindari terlalu usang menjelaskan bahan di belakang ruangan atau di balik punggung hadirin alasannya hadirin tidak fokus lantaran tidak bisa melihat kita.
h. Bila memungkinkan aturlah daerah duduk hadirin sedemikian rupa sehingga pergerakan bisa lebih bebas.
3. Eye Contact
Seperti kita ketahui, kontak mata sangat penting biar seluruh hadirin bisa fokus pada pembicara.
Kontak mata penting untuk menjaga biar hadirin merasa diperhatikan oleh si pembicara. Kontak mat juga akan menciptakan hadirin merasa dilibatkan dalam presentasi kita.
Selain untuk menguasai ruang, kontak mata juga bisa membantu kita mengidentifikasi hadirin kita.
Berikut ini tips yang bisa kita lakukan untuk menjaga kontak mata:
a. Saat bicara anggap sajasedang menatap ruangan sesuai putaran jarum jam.
b. Saat sedang menatap salah satu sudut, jangan menatap seluruh hadirin di sudut tersebut secara keseluruhan. Tatap saja penerima yang dianggap mewakili sudut tersebut.
c. Jangan menatap putaran terlalu cepat. Berikan jeda untuk setiap kontak mata.
d. Bila sungkan menatap pribadi ke mata hadirin, tetap saja apa yang ada di belakang hadirin. Untuk jarak yang cukup jauh (lebih dari menatap beliau atau menatap apa yang ada di belakangnya. Makara walaupun kita menatap ke belakang hadirin, hadirin tetap akan menganggap kita sedang menatapnya.
e. Tetaplah penerima satu-persatu seperti kita sedang menjelaskan bahan kita hanya pada beliau di mana hanya ada kita dan beliau di ruangan tersebut ini akan memperlihatkan sentuhan personal yang kuat.
okey , sekian dulu yah, Salam hangat.
Daftar Pustaka
Sriewijono, Alexander, dkk. 2009. TALK-inc. Points (Kekuatan Mental, Keterampilan Kata, dan Totalitas Bahasa Tubuh untuk Menjadi Pembicara Profesional). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
0 Response to "Tekhnik Menguasai Panggung 100%"